Rabu, 22 Januari 2014

Rencana Program Pengendalian Kecoa Di Pelabuhan Paotere Makassar

A.           Pendahuluan
Pelabuhan  laut merupakan salah satu pintu masuk yang strategis bagi masuknya vektor penular penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah dari berbagai negara di dunia. Kemajuan teknologi bidang transportasi, perdagangan bebas maupun mobilitas penduduk antar negara mengakibatkan dampak negatif di bidang kesehatan yaitu percepatan perpindahan dan penyebaran vektor penyakit menular potensial wabah yang dibawa oleh alat angkut, orang maupun barang bawaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran vektor melalui alat angkut adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri (Depkes RI, 2007a).
Keberadaan vektor di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi kesehatan para penumpang termasuk juga petugas dan anak buah kapal (ABK) karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia. Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia hinggapi. Vektor jenis kecoa yang ada di atas kapal ini sering membawa mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba histolitica yaitu kuman penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan virus hepatitis A (Aryatie, 2005).
Pada kasus penyakit diare misalnya, data menurut Depkes RI (2006b), angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2001 (301 kasus) meningkat menjadi 374 per1000 penduduk pada tahun 2003. Sedangkan hasil wawancara terhadap 20 orang kapten kapal pada bulan Desember 2007 bahwa penyakit yang sering dikeluhkan para ABKnya adalah penyakit diare atau penyakit perut. Hal ini didukung oleh data kunjungan poliklinik tahun 2006/2007 yang dihimpun dari beberapa Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas utama di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa laporan penyakit diare di KKP Tanjung Priok (318 kasus), KKP Batam (77 kasus), KKP Makassar (205 kasus), KKP Surabaya (110 kasus), Semarang (84 kasus), Dumai (538 kasus) dan KKP Medan (72 kasus) (Simkespel, 2007).
Untuk mewaspadai penyebaran masuknya vektor penular penyakit lewat pelabuhan, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/Menkes/Per/IV/2008 telah ditetapkan bahwa KKP sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan ujung tombak Departemen Kesehatan RI yang berwenang mencegah dan mengendalikan vector penular penyakit yang masuk dan keluar pelabuhan dengan melakukan upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit secara profesional sesuai standar dan persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2008)
Pengendalian vektor penular penyakit di atas kapal merupakan salah satu upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit. Survei awal yang dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 83,3 % kapal yang datang melalui pelabuhan Belawan dikategorikan risiko tinggi karena di atas kapal dijumpai vektor penyakit.

B.           Dasar Hukum
1.      Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 431/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Resiko Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Dalam Rangka Karantina Kesehatan.
2.      Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
3.      Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Tindakan Hapus Tikus dan Hapus Serangga Pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandar Udara, dan Pos Lintas Batas Darat

C.            Tujuan dan Sasaran
1.      Tujuan umum
Mengendalikan vektor kecoa dan menurunkan angka kejadian penyakit akibat vektor kecoa pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar.
2.      Tujuan khusus
a.       Meningkatkan pengetahuan Anak Buah Kapal (ABK) tentang vektor kecoa.
b.      Menekan jumlah vektor kecoa di kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar.
c.       Memutus mata rantai penularan penyakit melalui vektor kecoa.
d.      Menurunkan kasus penyakit yang berhubungan dengan vektor kecoa di atas kapal barang.
3.      Sasaran
Sasaran adalah semua kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere.

D.          Luaran
Terlaksananya kegiatan pengendalian vektor kecoa pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar.

E.        Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
a.       Pelaksana kegiatan
Pelaksana kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang Penular Penyakit Pelabuhan Paotere Makassar bekerja sama dengan Entomolog.


b.      Penanggung jawab kegiatan
Penanggung jawab kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pelabuhan Paotere Makassar.

F.            Kegiatan Yang Dilaksanakan
  1. Uraian Kegiatan
Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh di Pelabuhan Paotere meliputi penyuluhan pada Anak Buah Kapal (ABK) tentang vektor kecoa, survey kepadatan kecoa di atas kapal, dan apabila tingkat kepadatan kecoa pada kapal tergolong “tinggi” dan “sangat tinggi”, maka dilakukan disinseksi. Berikut ukuran interpretasi hasil survei tingkat kepadatan kecoa:
  1. Batasan Kegiatan
Kegiatan pengendalian vektor kecoa hanya dilakukan pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere pada bulan Januari 2014. Peserta penyuluhan vektor kecoa adalah semua ABK kapal yang berlabuh, sedangkan kapal yang di disinseksi hanya kapal yang telah di survey kepadatan kecoanya dan memiliki tingkat kepadatan kecoa yang tinggi.

G.    Jadwal Kegiatan
  1. Waktu pelaksanaan kegiatan
Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh di Pelabuhan Paotere direncanakan dilaksanakan  pada  Bulan Januari 2014.
b.      Matrik pelaksanaan kegiatan

No
Kegiatan
Waktu pelaksanaan (hari)
I
II
III
IV
1
Tahap Persiapan
Penyusunan rencana  kerja
2
Pelaksanaan kegiatan
Penyuluhan
Survey kepadatan kecoa
Disinseksi
3
Evaluasi

H.    Anggaran Kegiatan
Sumber dana dari APBD dan APBN, berupa biaya operasional untuk sekali kegiatan pengendalian vektor kecoa, yakni:

No.
Biaya Operasional
Jumlah
1
Biaya Tenaga/ Satuan Output
Rp. 5.000.000
3
Biaya Snack/ Satuan Output
Rp. 1.000.000
4
Alat dan bahan Desisensi
Rp. 20.000.000
4
Biaya tidak tetap/ Satuan Output
Rp. 500.000
Biaya Total
Rp. 26.500.000



Referensi:
1.      Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
2.      Anonim. Pengendalian Vektor. Universitas Sumatera Utara.
3.      Anonim. Pedoman Pengendalian Kecoa Khusus di Rumah Saki.

4.      Drs . Winarno MSc. 2009. Kebijakan Nasional Pengendalian Vektor.

Paper Penyediaan Air Bersih Untuk Kawasan Pesisir

PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK KAWASAN PESISIR

Air merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh kehidupan makhluk hidup didunia. Semua makluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, termasuk manusia. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya penduduk dunia, pasokan air bersih menjadi semakin berkurang. Beberapa daerah di selatan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sering mengalami kesulitan penyediaan air bersih, terutama pada musim kemarau (Kompas 2005). Kelangkaan air sungguh ironis dengan predikat Bumi sebagai "Planet Air" sebab 70% permukaan bumi tertutup air. Namun, sebagian besar air di Bumi merupakan air asin sehingga tidak bisa digunakan untuk air minum dan hanya sekitar 2,5% saja yang berupa air tawar.
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

A.       Pengertian Pesisir
Kawasan Pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat (BAKOSURTANAL, 1990).
Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik keringmaupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang  surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir  mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat  seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

B.       Masalah Penyediaan Air Bersih di Kawasan Pesisir
Salah satu masalah kesehatan lingkungan yang umum terjadi pada sebagian besar kawasan pesisir adalah masalah penyediaan air bersih bagi masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan sumber air yang ada di kawasan pesisir biasanya berasal dari sumur air tanah yang airnya berasa asin. Kualitas air tanahnya juga sangat bergantung dari curah hujan. Pada musim kemarau, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut.
Selain itu kadar air tawar juga semakin menurun karena pembangunan yang berkelanjutan tanpa memperhatikan lingkungan sehingga memperkecil daerah resapan air hujan. Kandungan air tawar dalam tanah semakin menipis karena diambil terus menerus sehingga semakin banyak air laut yang meresap kedalam tanah menggantikan posisi air tawar tersebut. Kondisi tanah yang umumnya berupa tanah karang membuat sumber-sumber air yang memadai sulit diperoleh. Kerusakan alam akibat penebangan hutan bakau juga akan mempercepat intrusi air laut ke darat yang menyebabkan air tawar di desa-desa pesisir pantai berubah menjadi payau.

C.       Penanggulangan Masalah
Untuk permasalahan penduduk yang bermukim di kawsan pesisir, telah ada beberapa solusi, antar lain:
1.      Pemurnian air laut.
Pada dasarnya prinsip pemurnian air laut adalah proses pemisahan garam dari air laut sehingga diperoleh air tawar, proses ini kita kenal dengan sebutan desalinasi. Ada banyak cara untuk mengolah air asin menjadi air tawar, antara lain:
a.       Penyulingan
Percobaan pertama untuk memisahkan garam dan air laut adalah meniru cara alam, yaitu dengan menguapkan air laut kemudian mengembunkan uapnya kembali. Ketika air laut dipanaskan, hanya air yang menguap, garam-garam yang terlarut tetap tinggal dalam larutan (air laut). Dengan menggunakan alat suling bagian dalam wadah perebus air laut dilengkapi dengan pipa-pipa tegak untuk memperluas permukaan air yang dipanaskan. Dengan perluasan dapat diperoleh banyak uap dalam waktu relatif singkat.
b.      Osmosis Balik (Reverse Osmosis)
Osmosis balik atau reverse osmosis (RO), dilaksanakan dengan memberikan tekanan terhadap air laut, sehingga memaksa dari molekul-molekul air murni menembus suatu membran semipermeabel, sedangkan sisanya berupa garam larut, bahan-bahan organik, bakteri akan ditolak (rejeksi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diatas. Osmosis balik ini dioperasikan secara kontinyu. Kemurnian air yang dicapai hingga 99% dan tingkat produksi yang tinggi. RO merupakan cara paling murah untuk menawarkan pemurnian air laut. Keuntungan metode ini adalah kemurnian air yang dihasilkan bagus, menghemat tempat,dan menghemat energi.
c.       Evaporator
Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Demikian juga Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut. Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan menghilangkan garam dari air laut. Evaporator untuk mengolah air laut dirancangkan untuk mengumpulkan uap yang terjadi di dalam proses penguapan. Proses tersebut antara lain: penguapan dengan multi guna yaitu air laut yang direbus untuk penguapan. Sehingga uap itu akan terkumpul menjadi air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut skala besar. Disamping itu juga terdapat proses tekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik yaitu  cara untuk mengurangi dan menghapus rasa asin air laut. Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil.

2.      Program Penyediaan Air Minum Dan Sanitasi  Masyarakat (PAMSIMAS)
Program penyediaan air minum dan sanitasi  masyarakat adalah program yang ditujukan bagi daerah-daerah  tertinggal yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan airnya. Program ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi masyarakat terpencil dan masyarakat pesisir untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih dan air minumnya secara swadaya, karena program ini digerakkan langsung oleh masyarakat itu sendiri.
3.      Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM)
Perusaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan daerah yang diharapkan mampu menyediakan air bersih bagi masyarakat. Pengelolahan air PDAM ini adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas air layak komsumsi dan kurang layak komsumsi. Pengelolahan air PDAM dilakukan secara bertahap sehingga dihasilkan air yang betul-betul baik untuk kebutuhan sehari-hari. Tahap pengolahan air terdiri dari 6 tahap yaitu: pengelolahan pendahuluan  (pre treatment), pengolahan pertama (primery treatment), pembunuhan kuman (desinfektan), pembuangan lanjutan (ultimate disposal).
Diharapkan dengan adanya PDAM ini mampu menjangkau daerah-daerah pesisir dan memenuhi kebutuhan air minum di kawasan tersebut. Terutama daerah pesisir yang dekat dengan wilayah non pesisir yang memiliki sumber daya air tawar yang memadai. 
4.      Triple Water Supply (TWS)
Selain beberapa metode pengolahan diatas, di China juga telah dikembangkan teknologi “Triple Water Supply(TWS) yaitu sistem yang terdiri dari pasokan air tawar, air laut untuk pembilasan toilet, dan reklamasi air limbah (yang berwarna abu-abu)Berikut konsep dari sistem ini:
Gambar 1. Bagan Konsep Dari Sistem Triple Water Supply (TWS)

Dalam konsep diatas, dapat dilihat bahwa air tawar hanya digunakan pada kebutuhan domestik dan komersial saja. Sedangkan untuk menyiram toilet digunakan sumber air laut untuk menghemat penggunaan air tawar dan memanfaatkan sumber daya air laut yang ada di kawasan pesisir tersebut. Berdasarkan data di Hong Kong Special Administrative Region (HKSAR), salah satu daerah yang mengadopsi sistem TWS tersebut, penggunaan air laut untuk membilas toilet telah memberikan kontribusi terhadap penghematan 22% dari konsumsi air tawar.  

Gambar 2. Rencana Pengerjaan SANI di Hong Kong

Sistem inovatif ini memaksimalkan penghematan sumber daya air di kota-kota pesisir hingga 23%. Selain itu, sistem baru ini membuka pintu untuk mengadopsi pengolahan limbah yang inovatif teknologi, yaitu SANI (Sulfate reduction Autotrophic denitrification and Nitrification Integrated) untuk mengatasi masalah kelangkaan air telah menjadi masalah lama yang terjadi di Cina, khususnya di Cina Utara. Menurut Bank Dunia, sekitar 400 dari 660 kota di China kekurangan air.
Pengembangan sistem  inovatif triple water supply (TWS) dapat membantu untuk memaksimalkan sumber daya air di kota-kota pesisir dengan biaya rendah. Dengan proses SANI, dapat mengurangi  lebih dari 50% dari biaya produksi  keseluruhan, 35% dari konsumsi energi, dan 36% dari emisi gas rumah kaca dari pengolahan limbah. Jika kedua sistem ini digunakan dalam 16 kota pesisir di China, bisa menghemat 3.600 juta m3 air tawar per tahun, meng hindari 10 juta ton lumpur basah, dan mengurangi sekitar 2.100 - 5.000 GWh energi per tahun dan 1,7-3.700.000 ton emisi gas CO per tahun dibandingkan dengan konvensi pengolahan limbah biologis ditambah reklamasi limbah buangan yang dilakukan di China.
















DAFTAR PUSTAKA

G. H. Chen dkk. 2012. An Innovative Triple Water Supply System and a Novel SANI® Process to Alleviate Water Shortage and Pollution Problem for Water-scarce Coastal Areas in China. Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong: Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Kiuk, Irman Julferi. 2008. Penyediaan Air Bersih di Wilayah Pesisir Dengan Menggunakan Filter Tembikar Studi Kasus Pantai Kenjeran Surabaya. Institut Teknik Surabaya:  Teknik Lingkungan FTSP.
Syafar, M. ASFAR. 2011. Upaya Penanggulangan Penyediaan Air Bersih di Daerah Pesisir Studi Kasus Pesisir Pantai Bulukumba. Diakses tanggal 30 Desember pada http://asfarsyafar.blogspot.com/2012/03/kategori-pelajar-upaya penanggulangan.html

Rencana Aksi Pulau Barrang Lompo Makassar (kesehatan lingkungan)


A.           PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan dambaan hidup setiap manusia. Sebanyak apapun harta atau materi yang dimiliki seseorang jika tubuhnya tidak sehat maka hal itu tidaklah berguna bagi dirinya. Untuk mencapai kondisi sehat pemerintah melakukan berbagai macam upaya berupa program kesehatan yang nantinya akan diimplementasikan dalam aksi kesehatan masyarakat.
Lingkungan pesisir merupakan lingkungan yang sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tidak baiknya pengelolahan lingkungan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat pesisir berada di pedalaman yang jauh dari akses informasi. Belum lagi sarana dan prasarana air bersih serta sanitasi lingkungan masyarakat pesisir yang masih sangat jauh dari layak. Selain itu, pola kehidupan masyarakat pedalaman pesisir yang cenderung mengkonsumsi ikan yang banyak dan jarang mengkonsumsi sayur-sayuran menjadikan pola pertahanan tubuh mereka terhadap penyakit semakin rentan.
Pulau Barrang Lompo tergolong pulau kecil karena luasnya sekitar 20,38 Km, secara ekologis terpisah dari induknya, dan dari segi sosial, ekonomi serta budaya masyarakat pulau ini khas dibandingkan daratan besar Provinsi Sulawesi Selatan (DKP, 2004). Pulau ini bisa dicapai dari Kota Makassar dengan menggunakan perahu bermotor sekitar 45 menit sampai 1 jam. Keperluan-keperluan rumah tangga hampir sebagian besar dibeli dari kota Makassar. Di masyarakat ini dikenal orang-orang yang berbelanja bahan-bahan kebutuhan sehari-hari di Kota Makassar untuk dijual kembali di pulau tersebut. Oleh sebab itu, pulau ini mempunyai kekhasan lingkungan fisik dan sosial tersendiri dibandingkan pulau induknya, yakni Pulau Sulawesi.


B.            GAMBARAN LOKASI PULAU BARRANG LOMPO

1.        Profil Wilayah
Pulau Barrang Lompo merupakan sebuah pulau kecil dari gugusan kepulauan Spermonde. Dari sisi pemerintahan, pulau ini sebuah kelurahan dari Kecamatan Ujung Tanah, Kotamadia Makassar. Jaraknya dari Makassar sekitar 11 mil. Walaupun merupakan pulau, tetapi tidaklah terisolir, mudah dicapai dengan perahu nelayan atau kapal penumpang dari Dermaga Tradisional Kayu Bengkoah di Makassar. Adapun secara geografis pulau ini terletak pada posisi 119  19’48’ Bujur Timur dan 05  02’48’ Lintang Selatan.
Di sebelah utara pulau ini berbatasan dengan Pulau Badik dan Pulau Balang Lompo yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Topabiring, Kabupaten Kepulauan Pangkajene. Pulau Barrang Caddi dan Pulau Kodingareng menjadi batas selatan dari pulau ini. Adapun batas baratnya adalah Pulau Lumulumu. Batas timurnya dua pulau tempat rekreasi yang ramai dikunjungi orang, yakni Pulau Lae-lae dan Pulau Kahyangan.
Lapisan tanahnya memang pasir, tetapi terdapat pula lapisan tanah yang subur di bawahnya, sehingga menjadi lahan yang baik untuk tumbuhnya berbagai macam tanaman, seperti pohon bakara (sukun), pohon kelor, pohon kelapa, pohon pisang, dan lain-lain.




2.        Orientasi Wilayah
Curah hujan cukup tinggi, sekitar 2.144 mm dan rata-rata temperatur di pulau ini 31 derajat. Iklimnya banyak dipengaruhi oleh angin timur (ti moro) dan angin barat (bara‘). Kedua musim ini sangat mempengaruhi kehidupan dan aktivitas penduduk di pulau ini. Musim angin barat antara bulan November dan Februari.
Adapun antara bulan Maret dan April merupakan transisi ke musim angin timur. Sementara itu musim angin timur sekitar bulan Juni, Juli dan Agustus. Periode transisi ke angin barat adalah bulan September dan Oktober.

3.        PENDUDUK
a.    Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Pulau ini terhitung padat penghuninya dengan luas sekitar 20,38 hektar, berdasarkan data BPS jumlah penduduk pulau ini pada tahun 2010 sebanyak 4.209 jiwa. Tahun 1991 jumlah penduduk hanya sekitar 1500 jiwa, tahun 1999 sudah mencapai 3368 jiwa lebih dan. Jumlah penduduk di pulai ini tergolong padat dibandingkan luas wilayahnya, yaitu rata-rata 5 – 10 anak per keluarga.
b.    Sebaran dan Kepadatan Penduduk
Secara administrasi Kelurahan Barrang Lompo dibagi menjadi 4 Rukun Warga (RW) dengan luas wilayah 20,38 ha. Dari hasil analisis TIPP didapatkan luasan masing-masing RW yaitu:
Ø  RW I dengan luasan wilayah 3,73 ha,
Ø  RW II dengan luas wilayah 5,33 ha,
Ø  RW III dengan luas wilayah 6,5 ha dan
Ø  RW IV dengan luas wilayah 20,38 ha.

4.      Fasilitas Kesehatan
Pulau ini dilengkapi dengan fasilitas kesehatan berupa 1 buah Puskesmas dan sebuah lagi Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang perawat, 1 orang mantri, dan 1 orang bidan.

C.  RENCANA AKSI


No


Issu

Efek yang ditimbulkan

Akar Masalah

Tujuan & Sasaran

Strategi

Kegiatan

Sumber Dana
1.
Masalah sampah
Terjadinya pencemaran  lingkungan sekitar, termasuk lingkungan air yang dapat menyebabkan kematian pada biaota laut dan penyakit pada manusia, selain itu, menumpuknya sampah di beberapa titik di pulau tersebut  mengurangi estetika lingkungan.
1.      Meningkatya jumlah penduduk
2.      Pengetahuan warga yang kurang
3.      Kurangnya perhatian pemerintah dalam pengolahan limbah
4.      Teknologi pembuangan yang belum ada
Tujuan : untuk meningkatkan kualitas lingkungan terutama lingkungan air dan masyarakat mampu menerapkan prinsip reduce reuse recycle.
Sasaran : meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengolah limbah yang dihasilkan.
Melakukan penyuluhan tentang pengolahan jenis limbah, pemanfaatan barang-barang tidak terpakai agar lebih bernilai ekonomis dan memberikan pelatihan pengolahan sampah sederhana
1.     Penyuluhan tentang limbah padat.
2.     Pelatihan pembuatan pengolahan limbah cair sederhana.
3.     Pelatihan daur ulang sampah.
1.     Pemerintah
2.     Swadaya masyarakat
2.
Mata air tawar
Kurangnya sumber mata air tawar di Pulau Barrang Lompo, sehingga membutuhkan pasokan dari Kota Makassar.
Berkurangnya pohon-pohon berukuran besar yang dapat menyaring air untuk menghasilkan mata air tawar secara alami. Pohon-pohon tersebut ditebang untuk dibuat rumah dan membuka lahan hunian baru.
Tujuan: untuk menambah jumlah mata air tawar.
Sasaran: semua warga Pulau Barrang Lompo
1.     Pengaturan tata letak bangunan di pulau tersebut.
2.     Melakukan penghijauan.

1.   Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pohon.
2.   Melakukan penanaman pohon.
1.     Pemerintah
2.     Swadaya masyarakat
3.
Masalah kecacingan
Dapat menyebabkan gangguan absorbsi dan metabolisme zat-zat gizi yang berujung pada kekurangan gizi dan menurunnya daya tahan tubuh pada penderitanya.
Kurangnya pengetahuan siswa SD Barrang Lompo tentang PHBS dan sanitasi lingkungan.
Tujuan:
1.     Meningkatkan pengetahuan siswa SD Barrang Lompo tentang PHBS dan sanitasi lingkungan.
2.     Menurunkan kasus kejadian kecacingan pada anak.
Sasaran: siswa SD Barrang Lompo.
Pencegahan dan pengendaalian penyakit kecacingan.

1.     Melakukan penyuluhan tentang PHBS  dan sanitasi lingkungan.
2.     Peningkatan pengetahuan tentang penyakit kecacingan.
3.     Memberikan obat kecacingan
1.      Pemerintah
2.      Swadaya masyarakat



D.           PENUTUP

Rencana aksi dalam kegiatan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan jika semua warga masyarakat dan pihak pemerintah mau bersama-sama mewujudkannya.


Referensi:
Mairuhu, Vina. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Pulau Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar.Sumber: Http://Repository.Unhas.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/4326/VINNA%20MAIRUHU_K11108520.Pdf?Sequence=1